Orang gila dikatakan gila oleh orang waras, itu biasa. Tapi orang waras dikatakan gila oleh orang gila, itu baru luar biasa.
Ini sepenggal kisah menarik yang saya jumpai saat mengikuti ziarah Wanita Katolik ke Kaliori. Kisah ini merupakan sisi lain dari sebuah perjalanan ziarah yang sempat membuat saya tersenyum sendiri. Kisahnya berawal ketika rombongan ibu-ibu Wanita Katolik telah selesai jalan salib. Ketika itu mereka akan kembali ke tempat parkir bus. Dalam perjalanan pulang tersebut, di salah satu tempat saya jumpai seorang lelaki kurus dengan pakaian lusuh tengah duduk di tanah. Segurat senyum aneh tersembul dari wajahnya yang memelas. Sekilas saya langsung tahu bahwa lelaki itu agak kurang normal.
Dengan ucapan yang tak begitu jelas mirip sebuah lenguhan, ia menyodor-nyodorkan tangannya kepada setiap pengunjung yang lewat di depannya. Tampaknya ia berharap orang akan memberikan sedekah padanya. Saya tahu persis lelaki tersebut sebelumnya juga sudah meminta sedekah kepada kami ketika kami sedang melakukan jalan salib. Rupanya setelah mendapat sedikit uang, ia berpindah lokasi, yakni beralih ke jalan keluar menuju tempat parkir. Tampaknya ini juga sudah menjadi agenda rutinnya di tempat ziarah mengingat dia tahu persis lokasi yang strategis.
Saat itu di depan saya berjalan dua orang ibu yang satu rombongan dengan saya. Saat kedua ibu tersebut melewati lelaki tadi, mereka pun segera membuka-buka dompetnya dengan maksud akan memberi sedekah kepada lelaki itu yang sudah sangat berharap akan memdapat tambahan rezeki. Maka ia pun segera menyodorkan tangannya yang lusuh. Namun malang, rupanya si ibu tak kunjung menemukan lembaran receh di dompetnya. Mau memberi uang dengan nilai besar mungkin merasa sayang, karena tak ada lagi uang yang lain. Alhasil, kedua ibu itu pun akhirnya urung memberi sedekah. Kemudian sambil tertawa mereka pun berlalu.
Alkisah, lelaki yang sudah siap menerima sedekah namun batal tersebut hanya bisa terbengong. Kemudian dengan nada kesal dia pun mengumpat. “Uuuuh…dasar gemblung…wong gemblung tenan!” Saya yang menyaksikan adegan itu jadi tertawa geli. anak saya pun juga ikut tertawa sekali pun ia tak paham makna umpatan tersebut.
He…he..hee….ternyata orang gemblung juga bisa melontarkan umpatan gemblung kepada orang waras. Untung kedua ibu yang diumpat oleh lelaki gemblung itu tidak mendengar karena sudah berlalu. Kalaupun mereka mendengar, saya yakin mereka juga tidak tahu arti kata gemblung itu. Untung deh….jadi tak perlu memperdebatkan siapa yang sesungguhnya gemblung alias gila di antara mereka. ****